Sabtu, 18 Januari 2014

Latihan #12 Bahasa Indonesia Profesi

Soal:


  1. Sebutkan dan jelaskan beberapa ragam bahasa. Sertakan contoh masing-masing?
  2. Apa yang menjadi ciri utama ragam bahasa jurnalistik sehingga bisa dibedakan dengan ragam bahasa lainnya?
  3. Kalimat-kalimat di media massa seringkali disusun secara tidak nalar, sejak dari penyusunan proporsisi sampai pada konklusi. Berikan contoh.
  4. Sering dituduhkan bahwa bahasa jurnalistik yang digunakan media massa di Indonesia justru merusak bahasa Indonesia. Tuduhan ini, seperti dikatakan J.S Badudu, pakar bahasa Indonesia, memang beralasan sebab banyak sekali kesalahan yang dilakukan para jurnalis kita. Kesalahan itu, menurut Badudu, merata dari penggunaan ejaan, pemilihan kata, penghilangan unsur-unsur gramatikal, dan penyusunan kalimat-kalimat yang rancu. Berikan beberapa contoh tentang kesalahan yang sering dilakukan para wartawan: Tunjukan dimana letak kesalahannya.
  5. Dikatakan bahwa bahasa jurnalistik itu ringkas, lugas, padat, dan to the point. Meski begitu, kalimat jurnalistik kadang memerlukan gaya bahasa seperti dalam sastra untuk memperjelas pesan dan meninggalkan kesa. Dalam penulisan feature gaya bahasa bahkan sudah menjadi keharusan. Berikan contoh.


 Jawaban:

  1. Macam-macam ragam bahasa dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
·        Ragam bahasa undang-undang, yaitu bahasa yang ditulis ke dalam buku undang-undang. Bahasa yang digunakan dalam perundang-undangan haruslah menggunakan ragam bahasa baku atau standar. Bahasa baku atau standar ialah bahasa yang dapat dijadikan acuan atau tolok ukur, baik dalam hal kegramatikalan kalimat, mencakup struktur kalimat serta bentuk dan pilihan kata maupun dalam hal penulisannya.
Contoh: isi dari Undang-undang Negara, dan terdapat kata-kata khusus antara lain: perdata, pidana, kasasi, tertuduh, terdakwa dan sanksi.

·        Ragam bahasa jurnalistik, merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal.
Contoh: “Tadi pagi sekitar pukul 06.30 WIB pesawat berjenis Hercules jatuh di Purwodadi, Madiun, Jawa Timur. Pesawat tersebut jatuh di area persawahan dan belum ada data resmi mengenai data tersebut. Namun diduga pesawat tersebut adalah milik TNI Angkatan Udara.”

·        Ragam bahasa ilmiah, bahasa yang digunakan dalam penulisan ilmiah. Ragam bahasa ilmiah yakni dengan menggunakan metode ilmiah dalam membahas permasalahan, menyajikan kajian dengan ragam bahasa dan tata tulis ilmiah, dan menggunakan prinsip-prinsip keilmuan pada umumnya seperti objektif, logis, empiris, sistematis. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada rencan yang relative matang karena akan memudahkan penulis untuk mewujudkan karya-karya ilmiah.
Contoh: “Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kacang hijau yang tertinggi adalah kacang hijau yang ditanam di tempat gelap. Hal ini disebabkan karena hormon auksin sangat cepat berkembang di tempat gelap.”

·        Ragam bahasa sastra, ragam ini banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya adalah melalui rangkaian kata bermakna, dan konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Contoh: “Demi menghidupi keluarganya, ia rela memeras otak dan membanting tulang.”


  1. Ciri utama dari bahasa jurnalistik dengan ragam bahasa yang lainnya adalah dengan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, popular, logis, gramatikal, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan menghindari istilah asing. Serta, bahasa jurnalistik ini tunduk pada kaidah dan etika bahasa baku dalam bahasa Indonesia.

  1. Kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan. Serta kesalahan seorang penulis yang melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya.
Contoh: “Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.” – pernyataan tersebut tidak benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banya faktor penentu lain yang terlibat, seperti motivasi belajar, sarana prasarana, keadaan lingkungan, dan sebagainya.

  1. Beberapa contoh kesalahan yang sering dilakukan para wartawan:
§        “Di sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.” – dari pernyataan tersebut jelas sekali dimana letak kesalahannya. Bahwa bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting tampaknya perlu dipertanyakan. Pernyataan tersebut terjadi karena sikap penulis yang ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.

§        “Korupsi di Indonesia tidak bias diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.” – terdapat pengabaian persoalan dari seorang penulisini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena dan tidak menjawab secara benar atas persoalan yang terjadi.

  1. Kalimat jurnalistik kadang memerlukan gaya bahasa seperti dalam sastra. Namun demikian tidak berarti bahwa kriteria sastra dan bahasa yang berbunga didalam penulisan sastra ada dalam penulisan feature. Artinya penulisan feature tetap terikat pada syarat-syarat penulisan yang berlaku secara umum dalam surat kabar, termasuk isinya lebih mengedepankan fakta ketimbang fiksi. Dalam penulisan feature tidak boleh mengabaikan tema dari tulisannya. Kalimat-kalimatnya yang sederhana dan berdasarkan fakta-fakta hendaknya tersusun rapi didalam alinea-alinea yang merumuskan pikiran, dan berhubungan satu sama lainnya secara sistematis. Harus ada pula semacam klimaks dan antiklimaks seperti dama penulisan sastra agar dapat mengikat perhatian pembaca sehingga pembaca dengan asyik mengikuti jalannya cerita yang disajikan oleh penulis. Dan yang terpenting lagi adalah alur tulisan harus mengalir begitu rupa, tidak tersendat-sendat, sehingga pembaca seolah ikut hanyut didalam cerita.

Contoh feature:

Tuhan Belum Ngasih Saya…


Umi (bukan nama sebenarnya), tiba-tiba terkulai lesu. Tatapan matanya hampa dan pikirannya menerawang jauh entah kemana. Dari raut wajahnya, Umi tampaknya sedang memperlihatkan kesedihannya yang mendalam, ia pun tak bergening meski di depannya banyak mahasiswa berlalu-lalang.

Sambil duduk di emperan Auditorium Utama, ia kembali membolak-balik lembar-lembar kertas yang di pegangnya sejak tadi. Tapi, lagi-lagi yang dicari toh tetap tak ditemukan. Sesaat Umi menghela napas, dan kemudian meremas-remas lembaran kertas tersebut. Ia pun membuang kertas itu ke tong sampah.

Senin (4/8) pagi itu, Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru UIN Jakarta baru saja mengumumkan nama-nama calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus ujian. Umi termasuk salah satu peserta ujian yang tak lolos mengingat ketatnya persaingan.

Dibandingkan dengan kawan-kawan lainnya, Umi hari itu memang bernasib tak mujur. Padahal, menurut dia, sejak awal dirinya banyak berharap akan diterima di UIN Jakarta, satu-satunya perguruan tinggi yang dia pilih selepas lulus dari aliyah. Oleh karena itu, untuk berhasil masuk UIN Jakarta, Umi mengaku telah mengerahkan seluruh kemampuannya dengan belajar ekstra keras. Tapi sayang, belajar keras Umi harus kandas saat hasil ujian diumumkan hari itu. “Mungkin Tuhan belum ngasih saya kesempatan lulus,” tuturnya pasrah.

Konon, ketika memilih UIN Jakarta untuk melanjutkan studinya, gadis lulusan sebuah Madrasah Aliyah swasta dibilangan Cipete, Jakarta Selatan ini mengambil Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai pilihan pertama. Pilihan kedua, ia mengambil Fakultas Psikologi.

“Saya belum tahu mau nerusin dimana setelah tidak lulus dari sini (UIN Jakarta – Red.). Semua terserah ortu saja,” ucap Umi saat ditanya rencana selanjutnya.

Umi bukanlah satu-satunya calon mahasiswi baru yang tidak diterima di UIN Jakarta. Ada 6.199 calon mahasiswa lain dengan nasib yang sama. Berbeda dengan Umi, Isti’anah dan Ulfah justru sebaliknya. Mereka berhasil lolos pada ujian masuk UIN Jakarta yang di gelar 22 Juli 2003.

Isti’anah, calon mahasiswi lulusan dari sekolah yang sama dengan Umi, saat itu diterima di Fakultas Psikologi sebagai pilihan pertamanya. Pilihan kedua ia mengambil program studi Perbankan Syariah dan Hukum. Sementara Ulfah, calon mahasiswi lulusan SMUN 3 Tegal, Jawa Tengah, diterima di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora.

Wah saya surprise banget, Mas. Padahal, saat itu saya cuma milih satu program studi saja,” kata Ulfah seraya tak henti-hentinya melempar senyum.



(Berita UIN, No 04/11-17 Agustus 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar