Soal:
- Sebutkan
dan jelaskan beberapa ragam bahasa. Sertakan contoh masing-masing?
- Apa
yang menjadi ciri utama ragam bahasa jurnalistik sehingga bisa dibedakan
dengan ragam bahasa lainnya?
- Kalimat-kalimat
di media massa seringkali disusun secara tidak nalar, sejak dari
penyusunan proporsisi sampai pada konklusi. Berikan contoh.
- Sering
dituduhkan bahwa bahasa jurnalistik yang digunakan media massa di
Indonesia justru merusak bahasa Indonesia. Tuduhan ini, seperti dikatakan
J.S Badudu, pakar bahasa Indonesia, memang beralasan sebab banyak sekali
kesalahan yang dilakukan para jurnalis kita. Kesalahan itu, menurut
Badudu, merata dari penggunaan ejaan, pemilihan kata, penghilangan
unsur-unsur gramatikal, dan penyusunan kalimat-kalimat yang rancu. Berikan
beberapa contoh tentang kesalahan yang sering dilakukan para wartawan:
Tunjukan dimana letak kesalahannya.
- Dikatakan
bahwa bahasa jurnalistik itu ringkas, lugas, padat, dan to the point.
Meski begitu, kalimat jurnalistik kadang memerlukan gaya bahasa seperti
dalam sastra untuk memperjelas pesan dan meninggalkan kesa. Dalam
penulisan feature gaya bahasa bahkan sudah menjadi keharusan. Berikan
contoh.
Jawaban:
- Macam-macam
ragam bahasa dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
· Ragam bahasa undang-undang, yaitu bahasa
yang ditulis ke dalam buku undang-undang. Bahasa yang digunakan dalam
perundang-undangan haruslah menggunakan ragam bahasa baku atau standar. Bahasa
baku atau standar ialah bahasa yang dapat dijadikan acuan atau tolok ukur, baik
dalam hal kegramatikalan kalimat, mencakup struktur kalimat serta bentuk dan
pilihan kata maupun dalam hal penulisannya.
Contoh:
isi dari Undang-undang Negara, dan terdapat kata-kata khusus antara lain:
perdata, pidana, kasasi, tertuduh, terdakwa dan sanksi.
· Ragam bahasa jurnalistik, merupakan
bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan
majalah. Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran
intelektual minimal.
Contoh:
“Tadi pagi sekitar pukul 06.30 WIB pesawat berjenis Hercules jatuh di
Purwodadi, Madiun, Jawa Timur. Pesawat tersebut jatuh di area persawahan dan
belum ada data resmi mengenai data tersebut. Namun diduga pesawat tersebut
adalah milik TNI Angkatan Udara.”
· Ragam bahasa ilmiah, bahasa yang
digunakan dalam penulisan ilmiah. Ragam bahasa ilmiah yakni dengan menggunakan
metode ilmiah dalam membahas permasalahan, menyajikan kajian dengan ragam
bahasa dan tata tulis ilmiah, dan menggunakan prinsip-prinsip keilmuan pada
umumnya seperti objektif, logis, empiris, sistematis. Ragam bahasa ilmiah dapat
juga diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada rencan yang
relative matang karena akan memudahkan penulis untuk mewujudkan karya-karya
ilmiah.
Contoh:
“Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kacang hijau yang tertinggi
adalah kacang hijau yang ditanam di tempat gelap. Hal ini disebabkan karena
hormon auksin sangat cepat berkembang di tempat gelap.”
· Ragam bahasa sastra, ragam ini banyak
menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya adalah
melalui rangkaian kata bermakna, dan konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa
sastra.
Contoh:
“Demi menghidupi keluarganya, ia rela memeras otak dan membanting tulang.”
- Ciri utama dari bahasa
jurnalistik dengan ragam bahasa yang lainnya adalah dengan menggunakan
bahasa yang sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,
demokratis, popular, logis, gramatikal, mengutamakan kalimat aktif, menghindari
kata atau istilah teknis, dan menghindari istilah asing. Serta, bahasa
jurnalistik ini tunduk pada kaidah dan etika bahasa baku dalam bahasa
Indonesia.
- Kekeliruan
dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan.
Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau
ketidaktahuan. Serta kesalahan seorang penulis yang melakukan generalisasi
atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya.
Contoh:
“Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.” – pernyataan tersebut tidak
benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan
satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banya faktor
penentu lain yang terlibat, seperti motivasi belajar, sarana prasarana, keadaan
lingkungan, dan sebagainya.
- Beberapa contoh kesalahan yang
sering dilakukan para wartawan:
§ “Di
sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa
menguasai bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata
pelajaran lainnya dengan baik.” – dari pernyataan tersebut jelas sekali dimana
letak kesalahannya. Bahwa bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting,
memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting tampaknya perlu dipertanyakan.
Pernyataan tersebut terjadi karena sikap penulis yang ingin segera meyakinkan
orang lain dengan bahan yang terbatas.
§ “Korupsi
di Indonesia tidak bias diberantas, karena pemerintah tidak memiliki
undang-undang khusus tentang hal itu.” – terdapat pengabaian persoalan dari
seorang penulisini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami
persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak
mengena dan tidak menjawab secara benar atas persoalan yang terjadi.
- Kalimat jurnalistik kadang memerlukan gaya bahasa seperti dalam sastra. Namun demikian tidak berarti bahwa kriteria sastra dan bahasa yang berbunga didalam penulisan sastra ada dalam penulisan feature. Artinya penulisan feature tetap terikat pada syarat-syarat penulisan yang berlaku secara umum dalam surat kabar, termasuk isinya lebih mengedepankan fakta ketimbang fiksi. Dalam penulisan feature tidak boleh mengabaikan tema dari tulisannya. Kalimat-kalimatnya yang sederhana dan berdasarkan fakta-fakta hendaknya tersusun rapi didalam alinea-alinea yang merumuskan pikiran, dan berhubungan satu sama lainnya secara sistematis. Harus ada pula semacam klimaks dan antiklimaks seperti dama penulisan sastra agar dapat mengikat perhatian pembaca sehingga pembaca dengan asyik mengikuti jalannya cerita yang disajikan oleh penulis. Dan yang terpenting lagi adalah alur tulisan harus mengalir begitu rupa, tidak tersendat-sendat, sehingga pembaca seolah ikut hanyut didalam cerita.
Contoh feature:
Tuhan Belum Ngasih Saya…
Umi
(bukan nama sebenarnya), tiba-tiba terkulai lesu. Tatapan matanya hampa dan
pikirannya menerawang jauh entah kemana. Dari raut wajahnya, Umi tampaknya
sedang memperlihatkan kesedihannya yang mendalam, ia pun tak bergening meski di
depannya banyak mahasiswa berlalu-lalang.
Sambil
duduk di emperan Auditorium Utama, ia kembali membolak-balik lembar-lembar
kertas yang di pegangnya sejak tadi. Tapi, lagi-lagi yang dicari toh tetap tak
ditemukan. Sesaat Umi menghela napas, dan kemudian meremas-remas lembaran kertas
tersebut. Ia pun membuang kertas itu ke tong sampah.
Senin
(4/8) pagi itu, Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru UIN Jakarta baru saja
mengumumkan nama-nama calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus ujian. Umi termasuk
salah satu peserta ujian yang tak lolos mengingat ketatnya persaingan.
Dibandingkan
dengan kawan-kawan lainnya, Umi hari itu memang bernasib tak mujur. Padahal,
menurut dia, sejak awal dirinya banyak berharap akan diterima di UIN Jakarta,
satu-satunya perguruan tinggi yang dia pilih selepas lulus dari aliyah. Oleh
karena itu, untuk berhasil masuk UIN Jakarta, Umi mengaku telah mengerahkan
seluruh kemampuannya dengan belajar ekstra keras. Tapi sayang, belajar keras
Umi harus kandas saat hasil ujian diumumkan hari itu. “Mungkin Tuhan belum ngasih saya kesempatan lulus,” tuturnya
pasrah.
Konon,
ketika memilih UIN Jakarta untuk melanjutkan studinya, gadis lulusan sebuah
Madrasah Aliyah swasta dibilangan Cipete, Jakarta Selatan ini mengambil Program
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai pilihan
pertama. Pilihan kedua, ia mengambil Fakultas Psikologi.
“Saya
belum tahu mau nerusin dimana setelah tidak lulus dari sini (UIN Jakarta – Red.). Semua terserah ortu saja,” ucap
Umi saat ditanya rencana selanjutnya.
Umi
bukanlah satu-satunya calon mahasiswi baru yang tidak diterima di UIN Jakarta.
Ada 6.199 calon mahasiswa lain dengan nasib yang sama. Berbeda dengan Umi,
Isti’anah dan Ulfah justru sebaliknya. Mereka berhasil lolos pada ujian masuk
UIN Jakarta yang di gelar 22 Juli 2003.
Isti’anah,
calon mahasiswi lulusan dari sekolah yang sama dengan Umi, saat itu diterima di
Fakultas Psikologi sebagai pilihan pertamanya. Pilihan kedua ia mengambil
program studi Perbankan Syariah dan Hukum. Sementara Ulfah, calon mahasiswi lulusan
SMUN 3 Tegal, Jawa Tengah, diterima di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Humaniora.
“Wah saya surprise banget, Mas. Padahal,
saat itu saya cuma milih satu program studi saja,” kata Ulfah seraya tak henti-hentinya
melempar senyum.
(Berita UIN, No 04/11-17 Agustus 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar